Perjuangan anak
penggayuh sepeda
Mungkin
jarang ada seorang anak laki - laki dari keluarga yang tidak mampu menentukan
hidupnya dengan menggayuh sebuah sepeda untuk menghidupi ibu dan kedua adiknya.
Dia adalah Muflihun anak yatim yang berusia 11 tahun yang seharusnya bersekolah
kelas 6 SD, terpaksa berhenti sekolah saat usia 9 tahun karena dorongan dari
ibunya dan keadaan ekonomi yang terus mendesaknya. Setiap hari dia mengantar
anak – anak tetangga nya sekolah dengan memakai kendaraan yang sangat minim
yaitu sebuah sepeda peninggalan ayahnya, dia mengantar anak-anak yang
bersekolah dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 07.30 pagi, tarif yang dia dapat
dari mengantar anak-anak sekolah tidak seberapa dia hanya mendapat upah 1000
rupiah dari seorang anak, setiap hari paling banyak dia mengantar 6 orang anak,
sangat minim sekali penghasilanya.
Setelah mengantar anak-anak sekolah dia pergi pulang dan
mengantar ibunya untuk pergi ke sebuah kebun teh, ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga yang tangguh, ayahnya telah meninggal 3 tahun yang lalu karena
terserang sakit,setelah ayahnya meninggal hanya Muflihun lah yang menjadi
harapan dan tulang puggung keluarganya karena dia mempunyai dua orang adik yang
harus dia nafkahi dan seorang ibu yang harus dia bantu. Begitu besar tanggung
jawabnya menjadi seorang anak sulung, sebenarnya dia bercita-cita untuk menjadi
seorang dokter spesialis jantung karena dia berpengalaman dari ayahnya yang
meninggal karena penyakit jantung. Tapi sayang cita-cita nya itu tertunda
karena dia berhenti sekolah dan harus menafkahi ibu dan kedua adiknya.
Untuk menambah Penghasilan Muflihun bekrja di sebuah pabrik
sebagai buruh suruh, dia selalu menjadi pesuruh para karyawan pabrik, dari
pekerjaan buruh suruh itu dia mendapat upah sebesar kurang lebih 15000 perhari,
dari mulai di suruh membeli suatu barang, mengangkut barang dia lakukan semua
demi ibunya dan kedua adiknya. Setelah bekerja sebagai buruh suruh dia kembali
menjemput anak-anak sekolah pulang, dari situlah Muflihun kembali mendapatkan uang,
jika di itung penghasilanya perhari tidak lebih dari 25000, dengan modal sebuah
sepeda peninggalan ayahnya itu dia bisa membantu ibunya menafkahi kedua adiknya
yang masih kecil.
Mungkin semua itu bukan lah hal yang
mudah dan gampang bagi seorang Muflihun tetapi dia menjalaninya dengan sabar
dan perjuangan yang tulus dari hati, serta rasa tanggungjawab dan kasih sayang
terhadap ibu dan keduaa adiknya dia bisa menjalani semua dengan penuh
kenikmatan. Di sisi lain mungkin dia ingin seperti anak – anak lain yang
mendapat kasih sayang penuh dari keluarga apalagi seorang ayah, bersekolah,
bermain, bisa bebas beraktivitas tanpa memikirkan bagaimana makan, tidur, apaun
itu dia sangat menginginkanya. Tapi sayang semua berkata lain dia harus
menerima kenyataan hidup yang menyuruhnya untuk hidup dalam sebuah keminiman,
tetapi dia bersyukur kepada Allah SWT, karena dia masih di beri kehidupan, dia
masih punya seorang ibu yang menyayanginya, dua orang adik yang dia sayangi dan
sebuah sepeda peninggalan ayahnya yang dia gunakan untuk menafkahi ibu dan
kedua adiknya.
Dari cerita tersebut kita
bisa rasakan bagaimana perjuangan seorang anak yang menafkahi seorang ibu dan
kedua adiknya untuk bisa makan dengan sebuah sepeda peninggalan sang ayah,
seharusnya kita bisa bersyukur dengan keadaan yang berkecukupan dan di luar
sana masih banyak yang membutuhkan belas kasih kita seperti Muflihun.
0 komentar:
Posting Komentar