Selasa, 18 September 2012


Perjuangan anak penggayuh sepeda
            Mungkin jarang ada seorang anak laki - laki dari keluarga yang tidak mampu menentukan hidupnya dengan menggayuh sebuah sepeda untuk menghidupi ibu dan kedua adiknya. Dia adalah Muflihun anak yatim yang berusia 11 tahun yang seharusnya bersekolah kelas 6 SD, terpaksa berhenti sekolah saat usia 9 tahun karena dorongan dari ibunya dan keadaan ekonomi yang terus mendesaknya. Setiap hari dia mengantar anak – anak tetangga nya sekolah dengan memakai kendaraan yang sangat minim yaitu sebuah sepeda peninggalan ayahnya, dia mengantar anak-anak yang bersekolah dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 07.30 pagi, tarif yang dia dapat dari mengantar anak-anak sekolah tidak seberapa dia hanya mendapat upah 1000 rupiah dari seorang anak, setiap hari paling banyak dia mengantar 6 orang anak, sangat minim sekali penghasilanya.

        Setelah mengantar anak-anak sekolah dia pergi pulang dan mengantar ibunya untuk pergi ke sebuah kebun teh, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh, ayahnya telah meninggal 3 tahun yang lalu karena terserang sakit,setelah ayahnya meninggal hanya Muflihun lah yang menjadi harapan dan tulang puggung keluarganya karena dia mempunyai dua orang adik yang harus dia nafkahi dan seorang ibu yang harus dia bantu. Begitu besar tanggung jawabnya menjadi seorang anak sulung, sebenarnya dia bercita-cita untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung karena dia berpengalaman dari ayahnya yang meninggal karena penyakit jantung. Tapi sayang cita-cita nya itu tertunda karena dia berhenti sekolah dan harus menafkahi ibu dan kedua adiknya.
        Untuk menambah Penghasilan Muflihun bekrja di sebuah pabrik sebagai buruh suruh, dia selalu menjadi pesuruh para karyawan pabrik, dari pekerjaan buruh suruh itu dia mendapat upah sebesar kurang lebih 15000 perhari, dari mulai di suruh membeli suatu barang, mengangkut barang dia lakukan semua demi ibunya dan kedua adiknya. Setelah bekerja sebagai buruh suruh dia kembali menjemput anak-anak sekolah pulang, dari situlah Muflihun kembali mendapatkan uang, jika di itung penghasilanya perhari tidak lebih dari 25000, dengan modal sebuah sepeda peninggalan ayahnya itu dia bisa membantu ibunya menafkahi kedua adiknya yang masih kecil.
        Mungkin semua itu bukan lah hal yang mudah dan gampang bagi seorang Muflihun tetapi dia menjalaninya dengan sabar dan perjuangan yang tulus dari hati, serta rasa tanggungjawab dan kasih sayang terhadap ibu dan keduaa adiknya dia bisa menjalani semua dengan penuh kenikmatan. Di sisi lain mungkin dia ingin seperti anak – anak lain yang mendapat kasih sayang penuh dari keluarga apalagi seorang ayah, bersekolah, bermain, bisa bebas beraktivitas tanpa memikirkan bagaimana makan, tidur, apaun itu dia sangat menginginkanya. Tapi sayang semua berkata lain dia harus menerima kenyataan hidup yang menyuruhnya untuk hidup dalam sebuah keminiman, tetapi dia bersyukur kepada Allah SWT, karena dia masih di beri kehidupan, dia masih punya seorang ibu yang menyayanginya, dua orang adik yang dia sayangi dan sebuah sepeda peninggalan ayahnya yang dia gunakan untuk menafkahi ibu dan kedua adiknya.

Dari cerita tersebut kita bisa rasakan bagaimana perjuangan seorang anak yang menafkahi seorang ibu dan kedua adiknya untuk bisa makan dengan sebuah sepeda peninggalan sang ayah, seharusnya kita bisa bersyukur dengan keadaan yang berkecukupan dan di luar sana masih banyak yang membutuhkan belas kasih kita seperti Muflihun.

0 komentar:

Posting Komentar